Keelung, (06/02/19) – Seperti biasanya
sesuai tradisi Taiwan, para Pekerja Migran Indonesia khususnya di sektor formal
libur di setiap tanggal 1 tahun baru Imlek atau biasa dikenal libur konien. Para
majikan memberikan libur kepada para PMI.
Adalah para ABK Keelung tepatnya
di pelaburan Badouzi (Patoche), Keeung Taiwan mengadakan silaturahim bersama
dengan komunitas PMI lainnya yang berada di sekitar Keelung. Turut hadir 11
perwakilan dari pelabuhan terdekat antara lain Wanli, Kantani, Keelung dan
pelabuhan lainnya. Turut hadir ketua organisasi komunitas Pantura, Kang Suma
yang membina beberapa komunitas PMI asal Pantura.
Diharapkan melalui kegiatan
positif di hari libur bersama ini menjadi wadah pemersatu antar komunitas
pekerja di laut (ABK Nelayan) dan pekerja di darat (pekerja manufaktur).
Pak Nono sebagai pengurus
perkumpulan ABK di Pelabuhan Patoche menyampaikan maksud dan tujuan
penyelenggaraan kegiatan pertemuan yang menghadirkan ratusan ABK dimaksud.
Disampaikan bahwa kurang lebih sekitar 250 ABK yang berada di sekitar Keelung
yang tergabung dalam komunitas tersebut. ABK Keelung sangat antusias dan
terlihat kompak dalam busana jaket seragam tertulis “Semangat 45”, diserta logo
Garuda di sebelah kiri.
Hadir dalam pertemuan ini, Kadir
yang juga turut menyampaikan pesan terkait informasi ketenagakerjaan yang wajib
diketahui oleh ABK Nelayan. Disampaikan antara lain tentang tips nyaman dan
aman untuk bekerja di Taiwan antara lain mematuhi peraturan dan hukum yang
berlaku di Taiwan, serta layanan perpanjangan kontrak tanpa pulang.
Terkait pendapatan tambahan (NT$
3000 dan NT$ 5000) disampaikan bahwa kebijakan tersebut mulai disosialisasikan
sejak akhir 2015 guna peningkatan kesejahteraan bagi ABK Nelayan mengingat
waktu kerja dan penghitungan lembur sulit ditetapkan.
“Pendapatan tambahan umumnya
sudah dapat dirasakan manfaatnya walaupun belum merata secara keseluruhan, bagi
yang ada permasalahan baik terkait tidak dipenuhi hak pendapatan tambahan atau
pun masalah lainnya dapat disampaikan ke perwakilan Indonesia di Taiwan”, ujar
Kadir.
Selain itu diingatkan pula untuk
selalu menjaga persaudaraan serta menghindari timbulnya pergesekan di antara
sesama. Beberapa tahun silam sudah tidak asing sering timbulnya perkelahian
antara ABK Nelayan di pelabuhan tersebut. Hal tersebut biasanya karena masalah
kecil karena kesalahpahaman akibat dipicu oleh hilangnya kontrol diri akibat
mengkonsumri minuman keras.
Menurut data Ministry of Labor Taiwan
(update Desember 2018), saat ini jumlah ABK Nelayan di Taiwan asal Indonesia
mendominasi atau sebanyak 9081 orang atau sebesar 72 % dari total seluruh ABK
Nelayan asing yang bekerja di Taiwan saat ini. Hal ini sudah sewajarnya ABK
Nelayan perlu mendapatkan perhatian / kebijakan yang lebih baik dari pemerintah
Indonesia.
Sumber : BNP2TKI
Sumber : BNP2TKI