SARANA ADVOKASI & EDUKASI

"FIGHT TO SAVE PMI TAIWAN"

Hati-hati Penipuan Yang Mengatasnamakan Pejabat maupun Institusi BP2MI, Agar Selalu Waspada! ~

08 October 2019

Dian Hadiansah : Kripik Tempe Kojo Sudah di Ekspor ke Luar Negeri

Dian Hadiansah PMI Purna Sukses

Garut, BNP2TKI (8/10) Dian Hadiansah  merupakan Pekerja Migran Indonesia  (PMI) Purna asal Garut, Jawa Barat. Tahun 2001–2004, Dian bekerja di Jepang pada sektor manufaktur. Sepulang dari Jepang, Dian mulai merintis usaha kripik tempe bernama Kojo. Kini kripik tempenya sudah diekspor ke Jepang, Inggris, Qatar dan  Korea.
“Ketika dulu kangen sama tempe di Jepang sangat susah mencarinya. Dari situlah saya berpikir ini ada peluang bisnis. Ketika  ada cuti pulang ke Garut kemudian saya belajar membuat kripik tempe.  Saat  kembali ke Jepang saya mulai buat tempe,” ujar Dian saat ditemui di rumahnya di Garut, beberpa waktu lalu.
Pria kelahiran Garut, 30 Agustus 1978 ini mulai bekerja di Jepang tahun 2001–2004. Ia  bekerja di sektor manufaktur. Setelah selesai kontrak,  tahun 2005 Dian  kembali dikrirm ke Jepang. Dari situlah  Ia memulai usaha tempe di Jepang. “Peluang juga terbuka, di sela waktu yang luang itulah saya membuat tempe dengan bahan baku seperti kacang hokaido dari Jepang. Mulanya saya jual door to door karena terbatas regulasi,” ujar ayah dari 3 anak ini.
Selain itu, Dian juga menjual kripik tempenya  ke teman-teman PMI  dan beberapa orang Jepang yang sudah dikenalnya. Untuk membatu kelancaran usahanya, Dian  bersama  temen PMI bekerjasama mebeli mobil. Sedangkan untuk  bahan baku, Dian menggunakan bumbu-bumbu dan  kacang hokaido dari Jepang. “Tempe di luar negeri juga banyak di cari  karena makanan yang paling sehat,” jelas suami dari Ike Sulastri ini.
Di Indonesia Dian memulai efektif usaha kripik tempenya tahun 2017. Ia memberi nama produk kripik tempenya dengan Kojo. Menurutnya Kojo adalah nama pabrik tempat Dian bekerja di Jepang. Sedangkan dalam bahasa sunda, Kojo mengandung filosofi yang spesial. “Untuk meningkatkan  kemampuan usahanya, saya sering mendapatkan  peltihan dari Disperindag dan BLK PPMI. Saya juga ingin kembangkan tempe untuk makanan anak-anak,” ujarnya.
Ekspor ke Luar Negeri
Menurut Dian, produksi perhari kripik tempenya sebanyak  200 pes perhari. Sedangkan untuk omset perbulannya  mencapai 15-20 juta. Saat ini Dian telah mengekspor kripik tempenya ke  Jepang, Inggris, Qatar dan  Korea.  Ia Juga tengah mempersiapkan ekspor kripik tempenya ke Newzeland dan Australia.  “Total ekspor yang sudah berjalan  saat ini sudah mencapai 500-600 pes perbulannya.  Jika  ada permintaan tinggi bisa mencapai 1000 pes perbulannya,” jelasnya.
Dalam memproduksi usaha tempenya, Dian dibantu dengan 4 orang pegawai. Ia mengaku kedepannya  ingin bersaing dengan perusahaan-persusahan tempe yang sudah besar.  Ia berkeinginan untuk membangun kerjaan bisnis tempe, naget ayam, naget lele, bersama teman-teman  PMI Purna di Garut.
Ia mengaku optimis ke depan PMI Purna juga bisa eksis dan  jangan memandanga PMI rendah.  Bisa dibuktikan bahwa PMI juga bisa sukses menjadi pengusaha. “Permasalahan sekarang adalah saya belum memiliki mesin renceng  karena harganya lumayan mahal. Hambatan yang lain adalah permodalan,”  jelasnya.**(MH)
Sumber : BNP2TKI