SARANA ADVOKASI & EDUKASI

"FIGHT TO SAVE PMI TAIWAN"

Hati-hati Penipuan Yang Mengatasnamakan Pejabat maupun Institusi BP2MI, Agar Selalu Waspada! ~

16 May 2018

Konsep Pemberdayaan PMI Purna yang Linear dengan Kearifan Lokal Mampu Tumbuhkan Kecintaan terhadap Budaya Daerah dan Budaya Bangsa

16 Mei 2018 15:36 WIB

Penyerahan sertifikat kepada peserta pemberdayaan
BP3TKI Lampung telah melaksanakan kegiatan pemberdayaan PMI Purna dan Keluarganya berupa Pelatihan Kreasi Kerajinan dengan Ornamen Tapis Lampung pada tanggal 30 April hingga 5 Mei lalu di Kecamatan Kedondong, Kab. Pesawaran.
 
Mengusung konsep pelatihan ekonomi kreatif dengan tagline “Pekerja Migran Indonesia, Bekerja Sesuai Tata Cara, Komit Bahagiakan Keluarga, Pulang Jadi Wirausaha”, BP3TKI Lampung ingin turut serta dalam melestarikan budaya daerah Lampung dengan mengangkat Tapis Lampung sebagai konsep pelatihan. Kegiatan pemberdayaan terintegrasi bertemakan Tapis Lampung ini diadakan di kantong PMI sekaligus daerah yang masih memiliki kultur masyarakat Lampung asli dan masih memiliki penyeimbang adat Lampung.
 
Provinsi Lampung merupakan provinsi dengan penduduk yang heterogen mengingat dahulu merupakan wilayah tujuan transmigrasi. Berkaitan dengan hal tersebut, budaya asli Lampung memang banyak tergerus dominasinya akibat adanya asimilasi dan akulturasi budaya padahal Lampung memiliki salah satu budaya yang sangat menarik terutama wastranya, yaitu Kain Tapis. Kain tapis adalah pakaian wanita suku Lampung yang berbentuk kain sarung dihias dengan motif dari benang perak atau benang emas dengan sistem sulam atau "Cucuk".
 
Spirit Pemberdayaan Terintegrasi
 
BP3TKI Lampung telah menerapkan konsep pemberdayaan terintegrasi bagi PMI Purna dan Keluarganya dengan sangat memperhatikan baik proses pengidentifikasian peserta, narasumber/instruktur, maupun potensi lokal. Kegiatan pemberdayaan akan lebih tepat sasaran dan berkesinambungan apabila ketiga faktor tersebut dipertimbangkan, dipadukan, dan direncanakan sesuai dengan outcome yang diinginkan. Selain itu, proses penyusunan kurikulum pelatihan yang matang dan komprehensif sangat berdampak bagi pencapaian kemampuan yang diharapkan. Pemberdayaan terintegrasi ini mencakup edukasi pengelolaan keuangan, edukasi perbankan, edukasi kewirausahaan, serta bimbingan teknis sesuai jenis pelatihan yang melibatkan mitra lokal dan mitra usaha/mitra industri.
 
Proses Identifikasi Peserta sesuai Minat dan Bakat
 
Pada proses identifikasi peserta, BP3TKI Lampung memiliki tim khusus dalam proses wawancara kepada calon peserta yang terdiri dari Fungsional Pengantar Kerja dan staf yang berlatar belakang pendidikan S1 Psikologi dan bantuan dari penggerak Komunitas Keluarga Buruh Migran (CO KKBM) Tim inilah yang akan menentukan bahwa peserta yang menjadi kandidat pelatihan memiliki minat dan bakat di bidang kerajinan Tapis serta memiliki komitmen untuk terus melanjutkan kegiatan setelah kegiatan pelatihan ini selesai. Pada kegiatan yang berlangsung selama 6 hari tersebut, peserta didominasi oleh PMI Purna perempuan, yaitu sebanyak 23 orang, dan PMI Purna laki-laki sebanyak 2 orang. Uniknya, PMI laki-laki yang berminat dalam pelatihan ini memiliki latar belakang di bidang usaha konveksi dan terbukti memiliki keterampilan tangan yang baik. Selain itu, sejak awal tim identifikasi tidak memilih calon peserta berdasarkan gender, namun lebih pada minat dan bakatnya.
 
Selektif dalam Pemilihan Narasumber
 
Pada pelatihan Kreasi Kerajinan dengan Ornamen Tapis Lampung, sosok narasumber yang memberikan materi sangat menentukan kurikulum yang disusun. Kurikulum pelatihan dibuat seimbang dan komplit, teori diringkas padat berisi, sedangkan  praktik diperbanyak porsinya. Peserta tidak hanya diajari teknik menapis/menyulam dengan benang emas, namun juga diberikan pengetahuan mengenai makna, ragam, dan filosofi Tapis Lampung agar paham bagaimana menerapkan Tapis sesuai pakemnya. Seorang pengusaha di bidang industri kreatif utamanya pada seni yang berhubungan dengan budaya daerah, apabila tidak memahami makna, filosofi, maupun ragam suatu motif adat, dapat menerapkan motif tertentu secara salah kaprah dan dapat menodai esensi simbol-simbol adat tersebut. Untuk itu, pada pelatihan ini, narasumber adalah pakar budaya yang merupakan Pejabat Fungsional Pamong Budaya dari Museum Lampung yang memberikan pengetahuan dasar mengenai pakem Tapis Lampung.
 
Selain itu, narasumber lain yang memberikan materi antara lain: Kepala Bidang Perindustrian Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab. Pesawaran, Kepala BP3TKI Lampung, Trainer Keuangan BP3TKI Lampung, Kepala Unit BRI Kab. Pringsewu, Pengrajin Tapis dari 2 suku di Lampung Redawati (Pepadun) dan Iryati (Saibatin), Pengusaha dan Desainer Kerajinan Tapis dari Ical Craft, Fashion Desainer Rusdi Tapis, dan Dekranasda (Dewan Kerajinan Nasional daerah) Kab. Pesawaran.
 
Pada penerapannya, penyulaman Tapis Lampung yang selama ini dipopulerkan, ada kecondongan pada ragam motif suku tertentu. Di Lampung, ada 2 suku yaitu Saibatin dan Pepadun. Oleh karena itu, pada praktik yang diajarkan di pelatihan ini, kedua teknik diajarkan, baik teknik sulam dan motif Saibatin dan juga Pepadun, meskipun para peserta dominan pada suku Saibatin/Lampung Pesisir. Hal ini tentunya dengan maksud bahwa seorang pengusaha bidang kerajinan harus memahami khasanah budaya karena keragaman pengetahuan akan memberikan nilai tambah pula dalam penerapan aspek-aspek marketingnya. Selain itu juga, ada misi budaya dari BP3TKI Lampung dalam mempererat ikatan budaya daerah setempat.
 
Selain ilmu praktik dari pengrajin, para peserta diajarkan teknik menjahit dengan mesin jahit dalam membuat tas (tote bag) berbahan tenun yang diberi ornamen Tapis dari selendang Tapis yang sudah jadi. Jadi, peserta dituntut berkreasi menjahit dengan menyesuaikan motif tenun dan motif Tapis langsung di media tas. Selain itu, untuk melengkapi kegiatan praktik, diberikan pula praktik membuat bunga, bros, dan kalung dengan bahan Tapis bersama mentor dari Ical Craft yang merupakan pionir kerajinan Tapis di Provinsi Lampung.
 
Setelah peserta paham bagaimana mengkreasikan Tapis dengan wujud berbeda-beda, untuk membuka wawasan peserta terkait perkembangan Tapis di dunia fashion, dihadirkan narasumber yang memberikan motivasi yang merupakan fashion designer Rusdi Tapis yang telah sukses berkiprah dalam membuat Tapis pada kostum Putri Indonesia. Narasumber yang berskala nasional dan kredibel ketokohannya, secara langsung akan memberikan peserta suatu semangat baru bahwa putra daerah dapat sukses melalui kegigihan dan keuletannya.
 
Adanya narasumber dalam perannya sebagai mitra usaha sekaligus mitra lokal tentunya dipilih yang mampu mengiringi peserta sampai pasca pelatihan. Monitoring secara berkala dari BP3TKI selaku konseptor juga akan membangkitkan semangat tatkala PMI Purna sedang dalam masa demotivasi usaha.
 
Potensi Lokal yang Mendukung Kearifan Lokal
 
Konsep awal pelatihan ini tidak ditekankan bahwa peserta harus dapat menyulam Tapis menjadi kain adat. Praktik juga tidak terbatas pada cara menapis di media kain tenun, namun juga bagaimana menjadikannya menjadi suatu kerajinan yang menarik dan unik, yaitu dengan teknik menjahit dan menempel. Pelatihan ini fokus pada praktik membuat kreasi kerajinan, tidak fokus pada penapisan pada kain tenun adat karena alasan kerumitan dan kemahiran yang memerlukan waktu yang lama serta sulitnya mencari pasar serta harga yang premium pada hasil menapis pada kain adat.
 
Oleh karena itu, praktik diarahkan langsung pada cara membuat dan menjahit tas berbahan kain tenun yang diberikan ornamen Tapis serta praktik membuat bunga dan bros dari selendang Tapis yang sudah jadi. Melalui pilihan diversifikasi usaha di bidang Tapis ini, peserta dapat dengan mudah membeli bahan baku selendang Tapis dan berkreasi menciptakan produk kerajinan kemudian memasarkannya secara kecil-kecilan karena jangkauan harga yang relatif jauh lebih rendah dari kain Tapis adat serta durasi pengerjaan yang lebih cepat.
 
Kabupaten Pesawaran yang menjadi lokasi pelatihan ini merupakan kabupaten yang memiliki banyak pengrajin Tapis. Namun, pemerintah daerahnya saat ini hanya dapat fokus pada satu desa saja dalam pengembangan Tapis, yaitu di Desa Negeri Katon yang mayoritas adalah suku Pepadun. BP3TKI Lampung membidik Kec. Kedondong karena merupakan kantong PMI baik prosedural maupun non prosedural dan terdapat pengrajin-pengrajin Tapis. Meskipun mereka belum diberdayakan dan diorganisir oleh pemerintah daerahnya, BP3TKI Lampung ingin memberikan suatu warna baru bagi Kabupaten Pesawaran karena di kecamatan yang didiami oleh suku Saibatin ini banyak terdapat PMI Purna. BP3TKI Lampung memadupadankan antara potensi dan kearifan lokal dengan jenis pelatihan, dengan harapan ketika konsep ini digodog matang, pasca pelatihan, kegiatan usaha yang dirintis tidak pupus dan dapat berlanjut karena peserta telah komit dengan pelatihan yang mereka butuhkan tentunya sejalan dengan warisan budaya leluhur mereka.
 
Pemberdayaan terintegrasi merupakan konsep ideal yang dicanangkan oleh BNP2TKI dalam artian pemberdayaan dengan model pelatihan yang nyambung antara potensi sumber daya manusia yang dalam hal ini PMI Purna dengan potensi lokal dan diramu dalam kurikulum yang paripurna.
 
Ulfa Mubarika
Pengantar Kerja Ahli Pertama BP3TKI Lampung 

Sumber : BNP2TKI